Jakarta – Pimpinan Pusat Muhammadiyah
menetapkan awal Ramadan jatuh pada hari Jumat 27 Juni 2014. Penentuan
ini berdasarkan pada perhitungan ilmiah.
“27 Juni menurut Muhammadiyah adalah awal malam pertama Ramadan,”
kata ketua PP Muhammadiyah Din Syamsuddin di gedung PP Muhammadiyah, Jl
Menteng Raya, Jakarta, Selasa (29/4/2014).Seperti yang dilansir
detik.com.
Hal tersebut disampaikan Din dalam acara diskusi bertajuk
‘Astrofotografi sebagai Rukyat Bil ‘ilmi untuk membahas penghitungan
awal bulan secara ilmiah’. Diskusi ini mendatangkan ahli astronomi dari
Perancis Thierry Legault. Thierry menggunkan teropong dan teknologi
digital teranyar untuk mengamati posisi bulan dan benda-benda langit
lainnya.
Menurut Muhammadiyah, konjungsi atau dalam istilah bahasa Arabnya
adalah ijtima’ dijadikan landasan untuk menentukan awal bulan termasuk
permulaan Ramadan. Thierry mengatakan dari perhitungan melalui teropong
dengan melihat posisi bulan, matahari dan bumi maka konjungsi akan
terjadi pada 27 Juni 2014 pukul 15.10 WIB. Sholat Taraweh akan
dilaksanakan Jum’at malam tanggal 27 Juni, dan puasa dimulai Sabtu
tanggal 28 Juni.
Sementara itu, Din juga menyampaikan hal ini mungkin akan bisa
berbeda dengan perhitungan menurut NU dan pemerintah. Menurut Din, NU
dan pemerintah menentuan awal bulan tak hanya pada ijtima’ namun juga
harus memenuhi syarat imkanurrukyah, di mana posisi matahari terbenam
lebih dari 2 derajat. “Karena waktu matahari terbenam setengah derajat,
maka kemungkinan akan menambah 1 hari. Maka baru shalat tarawih
perdananya 28 Juni,” ucap Din.
Din berharap, melalui teknologi, perbedaan penentuan awal bulan akan
teratasi. Sebab setelah melalui berbagai landasan dalil belum juga ada
titik temu, teknologi adalah satu-satunya alasan yang dinilai dapat
menyatukan perbedaan itu.
“Saya kira penentuan ini bertanggungjawab, ada perhitungan ilmiahnya.
Saya termasuk yang berdamba sekali ada persamaan,” tutup Din. (sp)