a

PENGUMUMAN ►►DAFTAR NAMA-NAMA SISWA YANG LULUS UJIAN SEMESTER MATA PELAJARAN MATEMATIKA. NILAI AKHIR KELAS IX : NABILA ARIFA ZAHRA 100, MUHAMMAD YUMASHURI 90, DAYU ISRAKY NASUTION 90, SAID SADAM FIRDAUS 90, FARIS AL-KAUSAR 85, RAFI IRAWAN 75 *********** NILAI AKHIR KELAS VIII : NADIA FITRIANDA MUZNI 82,5 NOVIA SARI 65 *********** NILAI AKHIR KELAS VII : SUTRIA BUNGA MAULIDA 70, MUHD. GHAZY AL-ZUHDI SYAHRA 65 :!!!

Minggu, 14 April 2013

Di Balik Pertemuan Terakhir Daud Beureuh & Buya Hamka (2 – Habis)


s_31404“KECUALI hari ini, berhubung karena kedatangan Tuan Hamka, biasa saya berada di Paya Rao…,” ceritanya. Setiap hari dia turut bergotong royong bersama rakyat di proyek itu.
Sambil tertawa dia kemudian bertanya “Masih dituduh juga saya anti pembangunan?….” Pembicaraan yang tadinya berjalan serius kemudian, berakhir dengan suasana penuh gelak tawa.
Beberapa orang pembantu Daud dan orang-orang Pemda yang mengiringi Buya Hamka dari Banda Aceh yang tadinya menunggu di luar, ketika waktu makan dan sholat dzuhur ikut bersama kami sampai pertemuan berakhir.
Para pejabat itu memberikan penjelasan tentang proyek irigasi yang sedang dibangun ayah Daud itu. Saya memperhatikan kulit muka dan tangan beliau yang berwarna hitam terkena sinar matahari.
Beberapa waktu kemudian saya menyaksikan orang-orang datang bergantian, membawa bata atau apa saja untuk membangun mesjid -yang waktu itu belum ada dinding dan lantainya. Ada juga wanita-wanita membawa makanan untuk yang bekerja di mesjid itu. Jelaslah bagi saya kesibukan Daud Beureueh saat itu, membangun irigasi dan mesjid.
Buya Hamka memberi isarat dan mohon diri untuk kembali ke Banda Aceh. Sebelum berpisah, kedua orang itu kembali berangkulan seperti ketika datang tadi.
“Insya Allah saya akan datang menjemput Presiden Soeharto, ke lapangan udara Blang Bintang, bila Beliau tiba di Aceh”, ujar Daud Beureueh.
Sekitar jam 9 atau jam 10 malam kami tiba di tempat penginapan. Keesokan harinya, Buya Hamka dijemput oleh Wakil Gubernur, memenuhi undangan makan siang di rumah Pak Gubernur. Janji Ayah Daud akan menjemput Presiden di Blang Bintang, rupanya telah lebih dahulu di dengar orang-orang Gubernur sebelum Buya datang, rupanya yang amat diharapkan.
Beberapa hari setelah kami tiba di Jakarta, dibeberapa koran terpampang foto Presiden Soeharto berjabat tangan dengan Daud Deureueh di lapangan udara ketika beliau berkunjung ke Aceh untuk pertama kalinya.
Demikianlah pengalaman penulis mengikuti Buya Hamka bertemu dengan Ulama Besar, yang sebelumnya penulis kenal namanya di koran-koran. Sungguh suatu pengalaman yang tak terlupakan.
Setelah itu beberapa kali penulis baca tentang Daud Beureuh, misalnya tentang lawatan beliau ke luar negeri menjelang pemilu tahun 1971 atas biaya pemerintah. Kemenangan Parmusi tahun 1971 kemudian PPP dalam pemilu tangun 1977 dan sesudahnya, akibat sikap ayah Daud yang konsisten memihak partai Islam itu.
Sekitar tahun 78 Tengku Daud dibawa ke Jakarta untuk beberapa waktu, konon untuk menjauhkannya dari Gerakan Aceh Merdeka. Terakhir berita-berita tentang sikap beliau yang berubah memihak Golkar dalam usia menjelang 90 tahun pada pemilu baru lalu (1987-red).
Pada koran-koran yang terbit, dimuat foto beliau dalam keadaan berbaring dan tak berdaya, waktu itu konon ayah Daud menyatakan restunya agar Golkar menang di Aceh dengan kata-katanya “Get, get…”.
Percaya atau tidak, konon berkat restu itu, pada pemilu 87 untuk pertama kalinya Golkar berhasil meraih kemenangan di daerah Istimewa Aceh.
Hari Rabu tanggal 10 Juni (1987) Tengku Daud Beureueh berpulang ke Rahmatullah di Rumah Sakit Zainoel Abidin Banda Aceh, akibat mengidap penyakit komplikasi beberapa jenis penyakit lanjut usia : Inna Lillahi wa Inna Ilaihi Raji’un.
Rakyat Aceh dan segenap kaum Muslimin Indonesia, berduka cita ditinggalkan seorang ulama dan pemimpin yang tiada gantinya. Nampaknya untuk kurun waktu yang akan datang, sangat sulit umat Islam mengharap hadirnya seorang Ulama yang memiliki wibawa yang begitu kuat, pendirian teguh dan keberanian seperti dimiliki Teungku Daud Beureueh tatkala semasa hidupnya.
Namun kita percaya, jejak yang ditinggalkanya tidak akan terhapus begitu saja oleh perkembangan Zaman. Jejak itu terbentang terus bagi generasi muda Aceh pewaris cita-cita beliau.
HABIS
Penulis artikel ini (tidak menyebutkan namanya) adalah sekretaris Buya Hamka, yang menyertai kunjungan Buya ke Aceh untuk menemui Daud Beurueh (di Beureunuen), Sesuai amanat yang diberikan oleh Presiden. Penulis menceritakan apa-apa saja yang penulis dengar dan lihat selama pertemuan tersebut berlangsung.
Ditulis ulang dari Majalah Panji Masyarakat No. 543.

Sumber :  Islampos.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar