a

PENGUMUMAN ►►DAFTAR NAMA-NAMA SISWA YANG LULUS UJIAN SEMESTER MATA PELAJARAN MATEMATIKA. NILAI AKHIR KELAS IX : NABILA ARIFA ZAHRA 100, MUHAMMAD YUMASHURI 90, DAYU ISRAKY NASUTION 90, SAID SADAM FIRDAUS 90, FARIS AL-KAUSAR 85, RAFI IRAWAN 75 *********** NILAI AKHIR KELAS VIII : NADIA FITRIANDA MUZNI 82,5 NOVIA SARI 65 *********** NILAI AKHIR KELAS VII : SUTRIA BUNGA MAULIDA 70, MUHD. GHAZY AL-ZUHDI SYAHRA 65 :!!!

Sabtu, 18 Februari 2012

Sejarah Singkil (2)


Dalam beberapa almanak Pemerintah Hindia Belanda diterangkan bahwa Kota Singkil (Singkil pertama) telah dibangun pada tahun 1841. Dijelaskan bahwa pada saat itu daerah tersebut merupakan salah satu wilayah yang tergabung dalam Keresidenan Tapanuli. Data atau informasi yang disajikan tersebut kiranya perlu disikapi secara hati-hati, apakah Kota Singkil memang baru dibangun pertama kali pada tahun 1841 atau pada saat itu kota tersebut hanya melanjutkan program pembangunan yang telah ada sebelumnya. Akan tetapi yang jelas semenjak saat itu mulailah di Kota Singkil dibangun berbagai fasilitas pemerintahan, seperti rumah controleur (1843), Pendopo (1847), Kantor Keuangan (1850), Kantor Bea Cukai dan Pelabuhan (1850), dan sebuah Rumah Sakit Militer (1949). Selain itu, dibangun pula pemukiman penduduk dan pasar. Pada saat pemerintahan Belanda melakukan Sensus Sosial Ekonomi pada tahun 1852 diterangkan, bahwa semua infrastruktur yang telah dibangun sebelumnya masih dalam kondisi yang baik kecuali rumah controleur. Kemudian pada tahun 1857 dibangun pula sebuah penjara.

Secara geografis kota Singkil pertama terletak di sebelah barat kota Singkil yang sekarang yaitu tepatnya terletak di ujung kota Singkil. Bekas kota Singkil pertama tersebut saat ini terletak jauh di tengah laut dan daerah itu merupakan jalur yang berbahaya bagi pelayaran kapal. Para nelayan Singkil menyebut lokasi tersebut dengan nama Berok. Pada saat pasang surut kadang-kadang bekas bangunan perumahan penduduk pada jaman dahulu muncul ke permukaan dan dapat dilihat, terutama oleh nelayan-nelayan yang sedang menangkap ikan. Selain itu, bekas-bekas bangunan dan peralatan rumah tangga penduduk kota Singkil pertama sering pula didapatkan penduduk pada saat mereka melaut. Hanya sayangnya berbagai bukti sejarah tersebut tidak pernah diinventarisasi dan diteliti.
Setelah kota Singkil pertama hancur mulailah pemerintah Belanda mempersiapkan sebuah kota baru yang lokasinya agak menjorok ke darat dan persiapannya dimulai sejak tahun 1861 sampai tahun 1863. Kota tersebut mulai ditempati pada pertengahan tahun 1863 dan dikenal dengan kota Singkil kedua. Kota Singkil kedua tersebut terletak berseberangan dengan kota Singkil yang sekarang. Kota Singkil kedua sering juga disebut dengan Singkil Lama. Sedangkan kota Singkil yang sekarang disebut dengan Singkil Baru (Niew Singkil). Kota Singkil kedua tersebut terpaksa harus ditinggalkan karena terjadinya pendangkalan di muara sungai Singkil yang mengakibatkan jauhnya kapal-kapal untuk bongkar muat barang, terutama untuk kepentingan militer Belanda.
Kota Singkil sekarang terletak di tepi muara sungai Singkil dan pinggir pantai barat Aceh. Kota Singkil merupakan kota yang dipersiapkan Belanda sebagai pusat administrasi. Sebelum memindahkan Kota Singkil lama tersebut, pemerintah Belanda terlebih dahulu mengatur tata kota Singkil Baru dengan mendirikan kantor-kantor pemerintah, rumah controleur, tangsi Militer, rumah Beacukai, Dermaga, Mercusuar, Lapangan Bola Kaki, Gedung Sekolah, lokasi rumah penduduk, dan pengaturan jalan-jalan. Rumah-rumah orang Eropa sengaja dibangun tersendiri dan menghadap sebuah danau besar yang semula merupakan alur sungai Singkil. Bekas danau tersebut saat ini telah ditumbuhi berbagai tumbuhan rawa, seperti nipah dan eceng gondok yang mengakibatkan terjadinya pendangkalan di muara sungai Singkil.
Pemerintah Hindia Belanda juga membangun rumah Datuk Besar Singkil yang biasa disebut dengan Rumah Gadang dan sebuah mesjid besar. Selain itu, pemerintah Hindia Belanda juga membangun sebuah kantor pos serta kantor telegram yang dapat menghubungkan kota Singkil dengan berbagai kota lainnya di Indonesia. Sebagian bangunan peninggalan Belanda tersebut masih dapat dijumpai di kota Singkil seperti rumah Gadang, rumah controleur dan dermaga. Sebaliknya bekas-bekas rumah orang Eropa kebanyakan sudah diruntuhkan dan diganti dengan bangunan kantor pemerintah.
Wilayah Singkil yang terletak di pantai barat Sumatera, berdasarkan keputusan Pemerintah Hindia Belanda tanggal 10 Oktober 1908 No. 3 serta Stbl. No. 604 tahun 1908, sebagai berikut:
Di pantai Lautan Hindia (Indonesia) pada ketinggian puncak dari Blang Sulpa ke Lae Muntu, kemudian ke arah kanan dari ujung sungai dan terdapat jalan kecil dari pangkalan Cinendang yang membelah dari Sukananing dan pangkalan Puge. Dari pangkalan Puge sampai ketinggian puncak Dleng Pemberangan dan Deleng Belilingen, Deleng Cambaren, Deleng Pangulubalang, Deleng Pabaken Singkeruh ke Muara Sibalik. Selanjutnya menuju ke depan dari seberang Simpang Kiri ke Lae Bengkong dengan perbatasan sungai. Garis perbatasan utara Singkil dengan Alas dapat dilihat dari Lae Bengkong sampai pantai laut Itam.
Perbatasan sebelah barat sesuai dengan surat keputusan Gubernur Hindia Belanda pada tanggal 27 Januari 1930 No. 32/p.z, sebagai berikut: sebelah kiri dari Alur Putih atau arah timur menuju Gunung Manu dan ke arah selatan menuju Titi Orat. Dari Titi Orat ke arah Selatan menuju Titi Toro. Arah sebelah barat menuju Suak Mangkuto sampai ke ujung Lintang Utara sungai-sungai yang membelok dari arah barat kemudian ke batas berikutnya sampai pada tempat Mampelam dan terakhir ke arah kanan Barat Daya mengarah ke Ujung Pasir Galak. Sebelah selatan merupakan batas lautan Indonesia termasuk Pulau Banyak di sebelah barat daya Singkil serta lima pulau besar di Ujung Manuk-Manuk.
Sumber: Sudirman dalam “Sejarah Maritim Singkil”
http://acehsingkil.wordpress.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar